Friday, April 3, 2009

Tuntut Penyelidikan Bom Fosfor Israel

Fosfor putih diizinkan digunakan dengan alasan yang tidak jelas untuk menutupi gerakan tentara Israel
[Gallo/Getty]



Pimpinan kelompok hak azasi manusia telah melakukan investigasi internasional atas penggunaan bom fosfor putih Israel selama 22 hari penyerangan di jalur Gaza.

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Hak Azasi Manusia (HRW: Human Rights Watch, Penj.) pada hari kamis yang lalu mengatakan bahwa amunisi tersebut telah diledakkan “dengan sengaja atau secara serampangan” dan di wilayah yang berpenduduk padat.

Dikatakan bahwa penggunaan zat kimia di wilayah padat penduduk tersebut adalah “pelanggaran atas hukum perang”.

Fosfor putih menyala melalui kontak langsung dengan oksigen dan dapat membakar daging hingga tulang.

“Di Gaza, Militer Israel tidak hanya menggunakan fosfor putih di area terbuka sebagai perisai pasukannya,” Fred Abrahams, Penyelidik Keadaan Darurat Senior untuk HRW dan sekaligus sang penulis laporan, berkata.

“Fosfor putih ditembakkan di wilayah berpenduduk padat secara berulang-ulang, bahkan ketika pasukan militernya tidak berada di wilayah tersebut dan saat pelindung bom gas tidak tersedia. Hasilnya, banyak penduduk sipil yang terluka dan mati sia-sia”.

HRW mendesak PBB untuk menyelidiki penggunaan fosfor putih sebagai bagian dari investigasi badan dunia atas kelakuan Israel di Gaza.

HRW juga meminta Amerika Serikat untuk menghentikan semua pengiriman amunisi untuk Israel sampai hal ini diselidiki apakah penggunaan fosfor putih melanggar hukum internasional atau perjanjian pengiriman senjata.


Penolakan Israel

Sementara itu pasukan Israel menolak klaim HRW dan mengatakan bahwa investigasi HRW sendiri sejauh ini telah membuktikan bahwa penggunaan fosfor putih tentara Israel hanya untuk “kebutuhan operasional semata”.

“Berdasarkan temuan hingga saat ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bom gas tersebut oleh tentara Israel telah sesuai dengan hukum internasional,” demikian seperti dinyatakan oleh tentara Israel.

“Bom ini telah digunakan hanya untuk kebutuhan operasional khusus dan sudah sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional.”

Fosfor putih telah dirancang untuk dapat digunakan sebagai kasa gas di tempat terbuka dan juga banyak digunakan oleh negara-negara lainnya untuk tujuan tersebut.

Bagaimanapun juga, kelompok Hak Azasi Manusia membantah bahwa penggunaan fosfor putih di lingkungan sipil adalah illegal.

Chris Cobb-Smith, konsultan keamanan yang telah menulis laporan amnesti internasional tentang penggunaan amunisi tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera: “Hal penting yang harus diingat tentang fosfor putih bahwa ini bukanlah sistem senjata yang illegal. Senjata ini benar-benar legal, asalkan digunakan untuk hal yang benar”.

“Hal ini menjadi illegal jika diledakkan kepada manusia. Bahkan juga illegal jika sistem senjata ini diledakkan kepada pasukan musuh”.

Bukti dokumen laporan HRW sebanyak 71 halaman atas penggunaan gas dan fosfor putih ditemukan di daerah pemukiman, jalan-jalan kota, rumah sakit serta sekolah PBB.

Laporan HRW mengatakan: “Bahkan jika dimaksudkan dengan alasan yang tidak jelas lebih dari sekedar senjata, Pasukan Pertahanan Israel (IDF: Israeli Defense Force, Penj.) mengulangi melepaskan bom fosfor putih yang diledakkan di udara dari artileri 155mm di wilayah berpenduduk padat tanpa pandang bulu dan menunjuk komisi kejahatan perang.

Banyak rakyat Palestina yang meninggal atau terluka oleh fosfor putih selama serangan Israel

Kasus Terbakar

Dr. Naseph Abu Shaban, Kepala Unit Ledakan di Rumah Sakit Shifa Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera Kamis kemarin bahwa staff-nya telah berjuang untuk mengatasi korban-korban yang terbakar yang disebabkan oleh amunisi tersebut.

“Selama perang, kami telah menerima banyak kasus terbakar akibat fosfor putih bahkan pernah sekeluarga kami dapati mati terbakar, beberapa di antara mereka hangus,” kata beliau.

“Fosfor putih terus membakar selama berjam-jam; tidak akan berhenti membakar sampai Anda memisahkan fosfor putih ini dari kontak dengan oksigen”.

Sherine Tadros, wartawan Al Jazeera yang berada di Gaza selama serangan berlangsung, mengatakan dia pernah melihat sisa bekas bom fosfor putih di tanah saat membuat film di wilayah tersebut.

“Saya ingat seorang gadis yang menunjukkan padaku lukanya. Melepaskan ikatan perban pada lukanya yang masih berdarah,” katanya. “Luka ini sangat menyakitkan sekali.”

Laporan HRW mengatakan bahwa komandan senior Israel harus telah membuktikan apa yang mereka pandang sebagai pola atau kebijakan dalam menggunakan fosfor putih.

HRW telah memanggil komandan senior Israel untuk bertanggung jawab untuk memperhitungkan dan untuk melakukan investigasi internasional, karena Penyelidikan tentara Israel kemungkinan besar “harus seksama” dan “netral”.

Israel sebenarnya menyangkal menggunakan amunisi selama perangnya di jalur Gaza, yang dimulai pada 27 Desember tahun lalu, tetapi kemudian diumumkan oleh pihak investigasi internal sebagai penggunaan yang tidak pantas.

Source:

http://english.aljazeera.net/news/middleeast/2009/03/20093269815185563.html

UPDATED ON:

Friday, March 27, 2009
02:43 Mecca time, 23:43 GMT

Diterjemahkan Oleh: Harun Yahya II

Monday, March 23, 2009

Amerika Tetap Membela Israel

Condolezza Rice - Menlu AS

INILAH.COM, Washington - Di mata pemerintah AS, rakyat Palestina yang banyak menjadi korban tentara Israel hanyalah korban perang. AS tetap tidak menyalahkan Israel atas perbuatannya. Apalagi mengecam.

Seperti tanggapan Menteri Luar Negeri AS Condolezza Rice. Meski korban sipil berjatuhan di Gaza, tetap dia membela Israel.

"Sangat sulit dalam keadaan seperti di Gaza, yang sangat padat penduduk," kata Rice kepada wartawan ketika ditanya apakah Israel bisa berbuat sesuai kewajiban peri kemanusiaannya dalam serangan ke Gaza, Jumat 9 Januari waktu Washington.

"Saya juga catat bahwa di daerah itu anggota Hamas melakukan aksi seperti perisai manusia serta menyembunyikan pejuangnya di bangunan yang tidak ditujukan sebagai bangunan militer. Jadi memang sulit," jelas Rice lagi.

Dia mengemukakan setelah berbicara banyak dengan Perdana Menteri Ehud Olmert, Israel akhirnya mau membuka lagi koridor kemanusiaan.

Rice saat berkomentar tentang sikap negaranya yang abstain dalam pemungutan suara di DK PBB, antara lain karena putusan mereka itu untuk menghindarkan Israel mendapat sebutan yang sama seperti organisasi teroris.

Pada waktu yang sama, juru bicara Deplu AS, Sean McCormack diminta untuk berkomentar tentang tuduhan banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyebut Israel melanggar hukum kemanusiaan internasional.

"Saya tidak dapat memberikan penilaian penuh atas tuduhan-tuduhan itu. Para pemimpin Israel sudah membuat pernyataan. Saya tidak dalam posisi untuk membantah apa yang mereka telah katakan," kilah McCormack.

Sebelumnya, Juru bicara Gedung Putih Scott Stanzel menuding Hamas atas terjadinya penderitaan itu. Dia mengatakan Israel tidak punya pilihan kecuali mempertahankan diri karena Hamas membuat gencatan senjata yang sudah berlangsung enam bulan kadaluarsa dan makin banyak menembakkan roket ke Israel.

"Kami menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi dengan hilangya nyawa yang tak berdosa. Namun, kembali, masalah ini, sayangnya didatangkan oleh Hamas," kata Stanzel.

Dia juga menambahkan bahwa Israel mengambil semua langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban yang tak berdosa.

Di sisi lain, Perdana Menteri Belgia Herman Van Rompuy menuntut penyelidikan independen atas semakin banyaknya korban di Gaza. [*/ana]

Sumber: inilah.com (10/01/2009)

Saturday, March 21, 2009

Menjawab Kebohongan Ahmadiyah


Berbagai aliran sesat sudah terbiasa menggunakan kiat-kiat untuk mengelabui dan membohongi masyarakat dalam menyebarluaskan paham-pahamnya. Berbagai kebohongan, pengaburan, dan tipu daya juga seringkali dimunculkan dalam kasus seputar Ahmadiyah. Pada tanggal 3 Januari 2008, Jemaat Ahmadiyah Indonesia berkirim surat berupa “Ringkasan Penjelasan tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia” kepada Azyumardi Azra di kantor Sekretariat Wakil Presiden.

Tulisan ringkas berikut ini merupakan jawaban-jawaban ringkas dan jitu untuk meluruskan beberapa penjelasan kaum Ahmadiyah, seperti dalam surat mereka ke Azyumardi Azra di kantor Wapres tersebut. Berikut ini beberapa penjelasan Ahmadiyah dan jawaban kita.

Ahmadiyah mengatakan:
1. “Syahadat kami adalah syahadat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “Asyhadu anlaa-ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”


Jawab kita:
Kita perlu berhati-hati dan mencermati pengakuan semacam itu. Sejak berdirinya, Jemaat Ahmadiyah sudah mengaburkan makna syahadat, meskipun lafalnya sama dengan syahadat orang Islam. Kaum Ahmadiyah mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah juga Muhammad dan Rasul Allah. Simaklah buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah cab. Bandung, tahun 1993). Di situ tertulis penjelasan terhadap ayat al-Quran berikut ini:

محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم ...

Dalam buku ini, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, siapa yang dimaksud dengan “Muhammad” dalam ayat tersebut, yakni: "Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).


Jadi, inilah perbedaan keimanan yang sangat mendasar antara Ahmadiyah dengan orang Muslim. Sebab, bagi umat Islam, kata Muhammad dalam syahadat, adalah Nabi Muhammad saw yang lahir di Mekkah, bukan yang lahir di India. Lebih jauh lagi, dikatakan dalam buku ini:

“Dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga.” (Hal. 16-17). “….. Dalam hal ini wujudku tidak ada, yang ada hanyalah Muhammad Musthafa SAW, dan itulah sebabnya aku dinamakan Muhammad dan Ahmad.” (Hal. 25)


Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Nopember 1985 (Nubuwwah 1364 HS), rubrik “Tadzkirah”, disebutkan:

“Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua Nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, Aku Seth, Aku Nuh, Aku Ibrahim, Aku Ishaq, Aku Ismail, Aku Ya’qub Aku Yusuf, Aku Musa, Aku Daud, Aku Isa, dan Aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad SAW, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi. (Haqiqatul Wahyi, h. 72).” (Hal. 11-12)


Sekali lagi, yang menjadi masalah adalah bahwa bagi kaum Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku sebagai Muhammad saw, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Bahkan, dalam buku Ajaranku, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Yayasan Wisma Damai, Bogor, cetakan keenam,1993, disebutkan: "….. di dalam syariat Muhammad s.a.w akulah Masih Mau'ud. Oleh karena itu aku menghormati beliau sebagai rekanku ….." (Hal. 14)

Ahmadiyah mengatakan;
2. “Kitab Suci kami hanyalah Al Qur’anul Karim.” Ahmadiyah juga mengatakan, bahwa “Tadzkirah” bukanlah kitab suci mereka, tetapi merupakan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada tahun 1935 (27 tahun setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia tahun 1908).


Jawab kita:
Penjelasan Ahmadiyah ini juga tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kitab Tadzkirah yang asli tertulis di lembar awalnya kata-kata berikut ini: “TADZKIRAH YA’NI WAHYU MUQODDAS”, artinya TADZKIRAH adalah WAHYU SUCI. Jadi, kaum Ahmadiyah jelas menganggap bahwa kitab Tadzkirah adalah “wahyu yang disucikan”. Karena itu, sangat tidak benar jika mereka tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci. Sangat jelas, mereka memiliki kitab suci lain, selain al-Quran, yaitu kitab Tadzkirah.

Tentu saja, umat Islam seluruh dunia menolak dengan tegas, bahwa setelah Nabi Muhammad saw, ada nabi lagi, atau ada orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Dalam buku Apakah Ahmadiyah itu? Karangan HZ. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad disebutkan:

“Hadhrat Masih Mau’ud a.s tampil ke dunia dan dengan lantangnya menyatakan, bahwa Allah Ta’ala bercakap-cakap dengan beliau dan bukan dengan diri beliau saja, bahkan Dia bercakap-cakap dengan orang-orang yang beriman kepada beliau serta mengikuti jejak beliau, mengamalkan pelajaran beliau dan menerima petunjuk beliau. Beliau berturut-turut mengemukakan kepada dunia Kalam Ilahi yang sampai kepada beliau dan menganjurkan kepada para pengikut beliau, agar mereka pun berusaha memperoleh ni’mat serupa itu.” (hal. 63-64).



3. “Kami warga Jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata-kata maupun perbuatan.”


Jawab kita:
Pengakuan kaum Ahmadiyah ini pun nyata-nyata tidak sesuai dengan fakta yang ada pada buku-buku dan terbitan mereka. Dalam buku Amanat Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih IV Hazrat Mirza Tahir Ahmad Pada Peringatan Seabad Jemaat Ahmadiyah Tahun 1989 terbitan Panita Jalsah Salanah 2001, 2002 Jemaat Ahmadiyah Indonesia, disebutkan:

“Saya bersaksi kepada Tuhan Yang MahaKuasa dan Yang Selamanya Hadir bahwa seruan Ahmadiyah tidak lain melainkan kebenaran. Ahmadiyah adalah Islam dalam bentuknya yang sejati. Keselamatan umat manusia bergantung pada penerimaan agama damai ini.” (Hal. 6)

“Bilakhir, perkenankanlah saya dengan tulus ikhlas mengetuk hati anda sekalian sekali lagi agar sudi menerima seruan Juru Selamat di akhir zaman ini.” (Hal. 10)


Bahkan, Ahmadiyah punya istilah sendiri untuk menamai para pengikut ajarannya, dengan tujuan membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya:

Dalam buku Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad - Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, cetakan kedua, 1995, disebutkan:

“Pada tahun 1901, akan diadakan sensus penduduk di seluruh India. Maka Hazrat Ahmad as. menerbitkan sebuah pengumuman kepada seluruh pengikut beliau untuk mencatatkan diri dalam sensus tersebut sebagai Ahmadi Muslim. Yakni, pada tahun itulah Hazrat Ahmad as. telah menetapkan nama Ahmadi bagi para pengikut beliau as., untuk membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya.” (Hal. 47)


Kaum Ahmadiyah juga menyebut, jemaat mereka adalah laksana perahu Nabi Nuh yang menyelamatkan. Yang tidak ikut perahu itu akan tenggelam. Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Juli 1986 (Wafa 1365 HS), pada salah satu tulisan dengan judul Ahmadiyah Bagaikan Bahtera Nuh Untuk Menyelamatkan Yang Berlayar Dengannya, oleh Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, dinyatakan:

“Aku ingin menarik perhatian kalian kepada sebuah bahtera lainnya yang telah dibuat di bawah mata Allah dan dengan pengarahan-Nya. Kalian adalah bahtera itu, yakni Jemaat Ahmadiyah. Masih Mau’ud a.s. diberi petunjuk oleh Allah melalui wahyu yang diterimanya bahwa beliau hendaklah mempersiapkan sebuah Bahtera. Bahtera itu adalah Jemaat Ahmadiyah yang telah mendapat jaminan Allah bahwa barang siapa bergabung dengannya akan dipelihara dari segala kehancuran dan kebinasaan.”.………….

“Ini adalah suatu pelajaran lain yang hendaknya diperhatikan oleh anggota-anggota Jemaat. Sungguh terdapat jaminan keamanan bagi mereka yang menaiki Bahtera Nuh, baik bagi para anggota keluarga Masih Mau’ud a.s. maupun bagi orang-orang yang, meskipun tidak mempunyai hubungan jasmani dengannya, menaiki Bahtera itu dengan jalan mengikuti ajaran beliau”. ………….

“Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk melindungi Bahtera ini dengan sebaik-baiknya, dengan ketakwaan dan ketabahan yang sempurna, dan dengan kebenaran yang sempurna – Bahtera yang telah dibina demi keselamatan seluruh dunia. Amin!”. (Hal. 12, 13, 16, 30)


Kesimpulan:
Kita jangan mudah tertipu dengan penjelasan-penjelasan yang tampak indah, padahal, dunia Islam sejak dulu sudah tahu, apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Ahmadiyah. Intinya, mereka mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, Isa al-Mau’ud, dan Imam Mahdi. Mereka juga tidak mau bermakmum kepada orang Islam dalam shalat, karena orang Islam tidak mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.

Jadi, antara Islam dan Ahmadiyah memang ada perbedaan dalam masalah keimanan. Oleh sebab itulah, berbagai fatwa lembaga-lembaga Islam internasional sudah lama menyatakan, bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan. Kita berharap para pejabat dan cendekiawan kita tidak mudah begitu saja menerima penjelasan Ahmadiyah, tanpa melakukan penelitian yang mendalam. Sebab, tanggung jawab mereka bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Kita hanya mengingatkan mereka, tanggung jawab kita masing-masing di hadapan Allah SWT. (hidayatullah.com)

Penulis adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam

Sumber: swaramuslim.com Oleh: Redaksi 16 Jan 2008 - 4:30 pm